Mengabadikan Ide

Badiatul Muchlisin Asti (Foto: dok. JPIN)

Oleh: Badiatul Muchlisin Asti (Ketua Umum JPIN Pusat)

Alangkah bahagianya bila buku yang kita tulis itu terbit dan dibaca oleh banyak orang. Itulah salah satu derai kebahagiaan jiwa seorang penulis yang tidak bisa dikalkulasi dengan uang. Dengan buku, berarti kita telah mendokumentasikan ide dan pikiran kita, untuk terus dikenang dan terus abadi.  Simaklah dua kutipan berikut ini:

“Karya-karya tulis akan kekal sepanjang masa. Sementara penulisnya hancur terkubur di bawah tanah.” [Ali Mustafa Yaqub]

“Jika engkau tidak ingin dilupakan segera setelah berkalang tanah nantinya, tulislah sesuatu yang layak dibaca, atau lakukan sesuatu yang layak ditulis.” [Benjamin Franklin]

Ketika mengisi pelatihan menulis buku, saya sering mengajukan ke peserta sebuah pertanyaan? “Tahukah Anda nama kakek-nenek Anda?” Kebanyakan mereka menjawab, “Tahu!”

Saya bertanya lagi, Tahukah Anda nama kakek-nenek dari kakek-nenek Anda?” Kebanyakan peserta menjawab, “Tidak tahu.”

Ihya’ Ulumuddin, karya monumental Imam Al-Ghazali. Abadilah ilmunya, abadilah namanya. (sumber foto: internet)

Kemudian saya bertanya lagi, “Tahukah Anda Imam Al-Ghazali atau Imam Syafi’i?” Mereka rata-rata menjawab “Tahu.” Imam Al-Ghazali adalah penulis kitab Ihya’ Ulumuddin, dan Imam Syafi’i adalah ulama besar pendiri madzhab Syafi’i.

Saya pun bertanya, “Mengapa Anda tahu Imam Al-Ghazali dan Imam Syafi’i yang hidup ratusan tahun lalu, sementara Anda tidak tahu nama kakek-nenek dari kakek-nenek Anda sendiri?”

“Jawabannya adalah,” kata saya kemudian, “Karena Imam Al-Ghazali dan Imam Syafi’i menulis buku, sedang kakek-nenek dari kakek-nenek Anda tidak.”.

Ya, menulis buku memang merupakan salah satu cara mengabadikan nama kita, sekaligus mengabadikan ide dan pikiran kita, agar terus memancarkan manfaatnya sepanjang waktu. Ide dan pikiran yang tidak dibukukan, akan hilang tergerus zaman seiring kematian pemiliknya. Sedang ide dan pikiran yang dibukukan, manfaatnya akan terus abadi menembus zaman.

Semoga bermanfaat. Selamat berkarya!*

This entry was posted in Writing Motivation. Bookmark the permalink.

2 Responses to Mengabadikan Ide

  1. cumakatakata says:

    waah keren pembahasan dan pembahasaannya, bener banget masalah siapa kakek dari kakek kita siapa nenek dari nenek kita, kl bukan keturunan kerato, atau habaib jarang yang tau…..

Leave a comment